Pada masa revolusi fisik, Kesenjataan Artileri lahir dalam bentuk suatu bagian dari Jawatan Persenjataan yaitu pada tanggal 4 Desember 1945. Berkat kepemimpinan Mayor R.M. Pratikno Kusumo Soerjo Soemarno pada tanggal 4 Desember 1945, dibentuk dan disahkan Markas Artileri yang berkedudukan diYogyakarta oleh Kepala Staf Umum Markas Besar Tentara Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, bertepatan dengan hari jadi Artileri Internasional. Pada tanggal 1 Juni 1946 disahkan pembentukan Inspektorat Artileri Angkatan Darat dengan Inspektur pertama R.M. Pratikno Kusumo Soerjo Soemarno dengan pangkat Letnan Kolonel.
Selama Letnan Kolonel R.M. Pratikno Kusumo Soerjo Soemarno menjabat sebagai pimpinan, kecabangan Artileri mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga Artileri di seluruh Indonesia dapat dipersatukan tanpa ada kesulitan. Namun sangat disesalkan bahwa dalam Clash II dia dibunuh oleh gerombolan yang tak bertanggung jawab di desa Djarowo (Boyolali) pada tanggal 1 Januari 1949. Sepeninggal dia Artileri mengalami masa suram, sehingga Inspektorat Artileri diperkecil menjadi Markas Besar Komando Djawa (MBKD) bagian Artileri yang berkedudukan di Kota Baru Yogyakarta.
Pada tanggal 23 Februari 1950 Staf MBKD bagian Artileri diperintahkan untuk pindah ke Jakarta dengan Komandan Kapten Abdul Kadir Prawiraatmadja. Staf MBKD bagian Artileri diganti menjadi Komando Artileri Angkatan Darat yang berkedudukan di Kebon Sirih No. 46 Jakarta. Tugas pimpinan Artileri pada saat itu adalah mengkoordinir satuan-satuan yang berada di Jawa, Sumatra dan daerah-daerah lain. Setelah tercapainya pengakuan kedaulatan atas Indonesia dari Belanda dan untuk menambah personel dilakukan dengan cara memanggil kembali prajurit-prajurit Artileri yang masih memenuhi syarat dan menerima dari anggotaKesenjataan Infanteri diantaranya Brigif 17/TP. Guna memperoleh kader-kader Artileri yang dapat melanjutkan pada tingkat kesenjataan yang modern dan lebih maju maka diperlukan adanya suatu pendidikan Artileri.
24 Aug, 2020 oleh Pen Pussenarmed